Sebuah artikel Malaysia yang berjudul ‘Permintaan Makanan Halal Melonjak seperti Pesawat yang Baru Lepas Landas” menunjukkan semakin populernya bisnis ini di negara-negara muslim. Bisnis industri makanan halal sekarang ini bernilai lebih dari US $ 1 triliun (RM3.9 triliun) dalam setahun di Malaysia. Menurut Bloomberg Intelligencce (BI), permintaan ini jauh lebih cepat dibandingkan permintaan pada makanan lainnya. Beberapa diantaranya seperti produk makanan bayi, makanan ringan, dan makanan tradisonal seperti daging dan sejenisnya akan terus mengalami peningkatan. Berikut merupakan laporan lainnya dari BI menyangkut hal ini.
Produk-produk multinasional seperti Nestlé SA, Mondelez International Inc, Meiji Holdings Co Ltd, Morinaga & Co Ltd dan lainnya kemungkinan akan menambah lebih banyak produk bersertifikat halal selama tiga hingga lima tahun ke depan. Hal ini dilakukan dalam rangka memanfaatkan ekspansi populasi yang relatif cepat. Permintaan produk halal lebih banyak datang dari negara Asia karena 60% Muslim dunia adalah orang Asia. Jumlah ini lebih besar daripada Muslim di Timur Tengah dan Afrika Utara. Mayoritas permintaan datang dari negara Malaysia dan Indonesia. Selain dua negara tersebut, India, Pakistan, dan Banglades juga merupakan negara dengan permintaan yang besar akan makanan halal.
Laporan singkat dari BI tersebut menunjukkan bahwa Indonesia yang merupakan populasi terbesar dengan jumlah muslim terbanyak di dunia masih harus mengimpor produk-produk halal dari negara asing. Padahal jika kita lihat, mereka bahkan harus bekerjasama dengan lembaga otoritas muslim agar bisa mendapatkan label halal. Dengan banyak munculnya produsen produk halal di Indonesia, diharapkan agar hal tersebut dapat memenuhi permintaan di dalam negeri dan bisa sampai diekspor ke luar negeri terutama untuk makanan tradisional.
Untuk mengetahui info ekspor lebih lanjut, silakan kunjungi http://www.goexport.org