Kita semua tahu, setiap perjalanan menuju sukses pasti akan diawali dengan berbagai macam kesulitan. Perjalanan pedih dan pahit yang mampu dilewati akan membuahkan hasil yang bahkan lebih dari apa yang sudah kita ekspektasikan. Seperti kisah inspiratif yang dialami oleh beberapa Eksportir berikut. Tidak memandang status pendidikannya, tidak memandang siapa orang tuanya, mereka mampu mencapai sukses atas kerja keras mereka sendiri.
Rizky (32 tahun) yang saat ini dikenal sebagai pemilik Evriz Souvenir and Craft, salah satu merek kerajinan tangan populer di Indonesia juga pernah melewati masa-masa sulit saat merintis usahanya. Tahun 2003, saat ia duduk dibangku SMP, ia sudah mulai berjuang, berfikir keras dan berusaha untuk membantu perekonomian keluarganya.
Dimulai dengan membantu menjual barang dagangan milik orang lain, menjadi tukang sebar brosur, dan pekerjaan kasar lainnya pernah ia lakukan. Ditengah kesibukan sekolahnya, Rizky masih terus berusaha. Pekerjaan sebagai pengamen sampai pemulung pun pernah ia tekuni. Keadaan ekonomi keluarga yang semakin sulit membuatnya hampir putus asa. Setelah lulus SMA pun ia sudah berusaha mengirim lamaran ke berbagai tempat tapi tetap saja tidak ada panggilan kerja. Hingga akhirnya, sepupu Rizki membawakannya buku tentang pembuatan suvenir beserta bahan-bahan pembuatannya. Hal itu dilakukan semata-mata untuk membuat Rizki tak lagi memikirkan kegagalannya sebelumnya. Akhirnya mulailah Rizki mencoba membuat berbagai kerajinan dengan menggunakan tepung terigu dan pewarna makanan karena harganya jauh lebih murah dari bahan asli yang disarankan buku.
Setelah enam bulan mencoba akhirnya ada temannya yang mencoba memesan suvenir dan bisnis Rizki mulai berkembang. Mulai dari menjajakannya saat car free day sampai akhirnya melalui social media. Dan sampai tahun 2015 ini bisnis suvenir miliknya juga mampu merambah pasar internasional dengan bahan yang digunakan pun tidak hanya tepung terigu, melainkan clay impor dari Jerman dan Amerika. Semua itu ia lakukan secara otodidak, dari hasil kerja kerasnya sendiri.
Kisah inspiratif lainnya datang dari seorang warga asal Desa Parappe, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar. Sudirman ( 39 ), terbilang sukses menjadi pengusaha arang yang telah diekspor ke beberapa negara, Sudirman menceritakan usaha briket arang yang membuatnya sukses seperti sekarang. Dirintis pada tahun 2017, berawal dari rasa penasaran, saat mengetahui sejumlah warga dari luar Sulawesi berdatangan dan membeli arang warga di daerah ini, dengan harga tinggi.Karena rasa penasaran itu, ia akhirnya mengamati aktivitas jual beli arang di daerahnya, ia foto dan mengunggahnya di social media. Tak disangka, postingannya tersebut mendapat respon dari banyak orang termasuk salah seorang pengusaha dari Yordania.
Berawal dari komunikasi melalui sosial media itu, Sudirman mengagendakan pertemuan dengan pengusaha asal Yordania, yang akhirnya berkunjung ke Polewali Mandar untuk melihat ketersedian bahan baku arang di daerah itu. Ia juga menceritakan bahwasanya ia tidak memiliki pendidikan tinggi, dan tidak punya kemampuan berbahasa asing. Ia mengandalkan google translate sebagai penerjemah, sering juga ia gunakan bahasa isyarat sebagai komunikasinya. Dengan rasa tidak percaya, ia memberanikan diri menjemput pengusaha asal yordania itu. Berkat keyakinan dan kerja keras memanfaatkan kepercayaan pengusaha yang dikenalnya melalui aplikasi sosial media Facebook, dalam waktu singkat Sudirman sukses menjadi pengusaha briket arang.Untuk memenuhi kebutuhan pasar, Sudirman mengaku telah mempekerjakan sedikitnya 200 karyawan, yang mampu memproduksi briket arang sebanyak 4 ton perhari. Dalam sebulan, Sudirman mengaku mampu mengekspor 75 ton briket arang, yang terbagi dalam tiga kontainer.
Ia menambahkan bahwa Yordania dan Mesir adalah dua negara yang menjadi langganan pemesan briket arang yang diproduksinya.
Dari sepenggal kisah dari mereka saja, nampaknya cukup jadi motivasi bagi kita atau siapapun yang sedang berjuang merintis usahanya. Kisah ini semakin mengajarkan dan menyadarkan jika jalan kesuksesan tidak selalu mulus. Perlu keuletan serta tekad yang konsisten dalam menggarap sebuah bisnis.